Slogan Anak Milenial

Slogan Anak Milenial

Mencari Jawaban yang Tepat

Menjawab pertanyaan apakah Dekelana hanya slogan atau solusi nyata, diperlukan upaya konkret dari semua pihak. Pemerintah perlu memastikan program ini, diimplementasikan dengan baik dan terukur. Masyarakat perlu dilibatkan aktif dalam proses mewujudkan Dekelana di lingkungan mereka.

Peran serta masyarakat menjadi krusial. Masyarakat setempat, bersama dengan pemangku kepentingan lainnya, harus aktif terlibat dalam mengidentifikasi masalah, menyusun rencana aksi, dan melaksanakan program-program Dekelana. Selain itu, keterlibatan masyarakat dalam Forum Anak Kelurahan, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (KPMD), Satgas Sigrak (satuan tugas siap gerak atasi kekerasan), satgas PPA (satuan tugas perlindungan perempuan dan anak), dan berbagai organisasi masyarakat lainnya.

Lihat Humaniora Selengkapnya

tirto.id - Melancong menjadi kegemaran generasi milenial, yakni mereka yang lahir di atas tahun 1980-an hingga tahun 1997. Menurut Prita Ghozie, CEO ZAP Finance, hobi melancong tidak terlepas dari slogan “You Only Live Once” atau YOLO yang membentuk gaya hidup generasi milenial.

Menurut Jason Vitug dalam buku You Only Live Once: The Roadmap to Financial Wellness and a Purposeful Life (2016), slogan YOLO menjadi ekspresi akan ketidakpastian hari esok. Slogan ini mengajarkan untuk meraih kesempatan dan hidup dengan bebas.

Akronim YOLO populer setelah Drake, penyanyi rap asal Kanada, merilis single hip hop bertajuk “The Motto” tahun 2011. Kajian Alex Leavitt berjudul "From #FollowFriday to YOLO: Exploring the Cultural Salience of Twitter" dalam buku Twitterand Society (2014) menjelaskan, YOLO merupakan moto kebudayaan anak muda Amerika mulai akhir tahun 2011 dan awal 2012.

YOLO menjadi penjelasan perilaku tidak bertanggung jawab anak muda Amerika yang ditampilkan lewat unggahan Twitter. Penggunaan moto YOLO seterusnya tidak hanya berhenti di media sosial Twitter tapi juga populer dipakai di unggahan media sosial lain, yakni Facebook. YOLO bahkan digunakan di luar dunia virtual. Ia bisa ditemukan di tengah percakapan antar-remaja di sekolah.

Menurut Leavitt, YOLO menjadi semacam carpe diem generasi anak muda saat ini. Roman Krznaric dalam Carpe Diem Regained: The Vanishing Art of Seizing the Day (2017) mengatakan kalau tagar #YOLO menjadi perwujudan moto carpe diem di media sosial. Carpe diem yang berarti “petiklah hari ini” diciptakan oleh penyair Romawi bernama Quintus Horatius Flaccus atau yang biasa dikenal dengan Horace. Ia menciptakan aforisme ini 2.000 tahun lalu, tapi carpe diem hidup dalam budaya populer hingga sekarang.

Salah satu yang paling mengesankan adalah gambaran carpe diem dalam film Dead Poets Society (1989). Film itu mengisahkan tentang kehidupan remaja di sekolah elite Welton Academy yang berubah drastis saat ada guru Bahasa Inggris baru bernama John Keating.

Keating, diperankan oleh Robin Williams, adalah sosok guru nyentrik dan memakai pendekatan yang berbeda dari guru-guru lain. Mulai dari naik ke atas meja, hingga berani menyobek halaman buku pelajaran. Pada murid-muridnya, Keating mengajarkan tentang carpe diem. Petiklah hari ini.

"Kenapa carpe diem? Karena kita adalah makanan untuk para cacing, bung. Karena, percaya atau tidak, setiap dari kita di ruangan ini, suatu hari nanti akan berhenti bernafas, tubuh jadi dingin, dan kita mati [...] carpe diem. Buatlah harimu luar biasa," kata Keating.

Pesan carpe diem yang saat ini muncul dalam slogan YOLO membawa pengaruh pada siapa pun yang mengamininya, tidak terkecuali generasi milenial. Prita Ghozie, CEO Zap Finance, perusahaan perencana finansial, kepada Tirto mengatakan kalau pola pikir YOLO berdampak pada generasi milenial Indonesia dari sisi ekonomi dan psikologis.

“Kecenderungan yang muncul adalah generasi milenial akan menjadi konsumtif dan mengutamakan pengeluaran untuk kegiatan yang sifatnya pengalaman. Contohnya travelling, experienced buying, dan lain-lain,” ujar Prita.

Experienced buyingmerupakan kegiatan membeli pengalaman yang menurut Thomas Gilovich, seorang profesor Psikologi dari Cornell University, fenomena itu mulai marak terjadi sejak tahun 2000-an awal. Melancong, menonton konser, dan melihat film di bioskop adalah contoh membeli pengalaman.

Pernyataan Prita senada dengan hasil riset kerjasama antara Rumah 123.com dan Karir.com. Penelitian itu menyebut generasi milenial Indonesia lebih mengutamakan aktivitas leisure dan traveling ketimbang memikirkan kebutuhan jangka panjang seperti membeli rumah.

Fenomena ini tidak hanya ada di Indonesia, tapi juga negara lain seperti Cina, Amerika Serikat, dan Inggris. Penelitian yang dilakukan Airbnb, perusahaan jaringan pasar daring dan penginapan rumahan asal Amerika Serikat (2016) menyebutkan melancong menjadi hal penting bagi para milenial, khususnya di Cina.

Dari 1.000 responden berumur 18 sampai 35 tahun, sebanyak 47 persen orang asal Inggris memprioritaskan melancong dibandingkan membeli rumah atau mobil juga membayar utang. Di Amerika Serikat, 55 persen responden lebih memilih menggunakan uangnya untuk pelesir. Cina menduduki peringkat paling tinggi, yakni sebanyak 71 persen orang yang mengakui aktivitas pelesir sebagai inti identitasnya.

Meski begitu, tingginya keinginan generasi milenial untuk melakukan aktivitas leisure dan melancong tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan keuangan. Penelitian berjudul Employee Financial Wellness Survey tahun 2017 yang diterbitkan PwC, lembaga akuntansi di London, memaparkan sejumlah persoalan keuangan 1.600 pekerja penuh Amerika, termasuk di dalamnya generasi milenial.

Kekhawatiran seperti tidak punya tabungan untuk membayar keperluan tidak terduga, tidak bisa pensiun sesuai waktu yang diinginkan, tidak bisa memenuhi biaya hidup per bulan, diberhentikan dari pekerjaan, tidak bisa membayar utang, kehilangan rumah, dan tidak bisa membayar biaya kuliah membayangi pekerja milenial.

Manajemen utang dan kas para pekerja tersebut juga menunjukkan problem. Sebanyak 41 persen responden milenial mengatakan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup per bulan. Hal ini membuat penggunaan kartu kredit dipilih sebagai jalan keluar. Data PwC menunjukkan 45 persen responden milenial menggunakan kartu kredit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Selain itu, 70 persen pekerja secara konsisten mempunyai saldo alias utang kartu kredit. Dari pengguna kartu kredit itu, 39 persen responden kesusahan untuk membayar batas minimum pembayaran tiap bulan. Stres akibat masalah keuangan pada akhirnya menempati posisi tertinggi dibandingkan masalah lain yang juga jadi penyebab stres kaum milenial seperti kesehatan, pekerjaan, dan hubungan.

Hasil studi PwC di atas mengundang tanggapan Prita. “Dikatakan bahwa 70 persen dari generasi milenial memiliki utang kartu kredit. Jika hal ini tidak segera dibenahi maka artinya selama bertahun-tahun generasi milenial terbiasa hidup di atas batas kemampuannya. Jika demikian maka berpotensi akan bangkrut di usia 40 tahun,” katanya.

Ia mengatakan apabila generasi milenial hanya memikirkan hidup seakan hanya untuk hari ini maka persoalan akan muncul ketika masa pensiun. “Apalagi jika pekerjaan tetap sudah tidak dimiliki saat masih berusia 40-an tahun maka akan sangat menyulitkan generasi milenial untuk bertahan hidup dengan baik,” imbuhnya.

Pola pikir YOLO, menurut Prita, akan berdampak pada skala prioritas. Generasi milenial ingin langsung menikmati penghasilan yang diperoleh tanpa memikirkan pengeluaran di masa depan. Padahal, penghasilan tersebut belum tentu didapatkan lagi. Karenanya, Prita menyarankan perlunya punya rencana keuangan yang tertulis supaya bisa dilakukan pengecekan atas apa yang direncanakan dan apa yang dijalankan.

“Selain itu, kita memang harus bisa berhitung tentang berapa kebutuhan dana yang diperlukan untuk memenuhi pengeluaran yang sifatnya wajib, butuh, dan ingin,” ujar Prita.

Dana darurat dan investasi adalah hal wajib bagi generasi milenial. Caranya dengan menyisihkan setidaknya 10 persen dari penghasilan untuk investasi. “Tapi, uangnya jangan dipakai dalam jangka pendek. Pakai saat sudah berusia 45 tahun ke atas,” katanya.

Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar ada sisipan istilah atau bahasa gaul. Jangan sampai kamu bengong karena enggak mengerti apa yang sedang dibicarakan teman-temanmu.

Bahasa gaul ini biasanya terus bertambah seiring dengan perkembangan komunikasi di media sosial. Istilah atau bahasa gaul ini kemudian terbawa dalam percakapan sehari-hari.

Ada yang merupakan singkatan, plesetan, atau kosa kata baru yang memang tercipta secara spontan. Buat contekan, berikut ini istilah dan bahasa gaul yang populer di tahun 2022.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. YGYYang terbaru dan lagi banyak dipakai. YGY adalah singkatan Ya Guys Ya, Ya Ges Ya, atau Ya Gaes ya.

2. SabiBiasa digunakan dalam percakapan di media sosial atau chatting. Sabi sendiri artinya adalah bisa atau mampu. Misalnya ketika ditantang sesuatu oleh teman, kita bisa membalasnya "sabi lah!".

3. TBLSalah satu istilah yang populer yakni TBL yang merupakan singkatan dari "Takut Banget Loh".

4. GhostingGhosting adalah istilah dalam percintaan yang digunakan saat seseorang meninggalkan pasangan atau calon pacarnya tanpa adanya alasan yang jelas.

5. Spill"Spill dong!". Jika ada yang mengatakan hal itu, itu berarti ia memintamu memberitahukan tentang sesuatu. Biasanya ini digunakan untuk mengungkap cerita tentang aib seseorang.

6. OOTLagi bicara topik A, tapi tiba-tiba ingin membicarakan hal lain. Biasanya ini disebut OOT yang merupakan singkatan dari out of topic.

7. SaltySalty adalah bahasa slang hasil dari garam (salt). Biasanya digunakan untuk mengomentari (pernyataan kesal) atas pernyataan (tweet atau komentar) di media sosial. Ahli bahasa Indonesia, yaitu Ivan Lanin, salty merupakan di-salty-in = disindir; dicela. Tampaknya "asin" (salty) dimaknai sebagai celaan.

Terkadang ditemukan unggahan di media sosial dengan keterangan "no salty yah" yang berarti jangan mencela yah.

8. PargoyIstilah yang berawal dari anak-anak TikTok. Pargoy merupakan singkatan dari party goyang. Karena kebanyakan anak TikTok senang berjoget mengikuti irama lagu tertentu.

9. InsecureIstilah ini sih artinya kurang lebih sama dengan pengertiannya dalam bahasa Inggris yakni merasa kurang aman. Biasanya digunakan dalam konteks percakapan orang yang sedang merasa kurang percaya diri.

10. BundKependekan dari kata bunda. Biasanya digunakan untuk menyapa teman lain dalam bentuk yang berbeda. "Lagi sibuk apa sih bund?".

11. BestieSebutan untuk sahabat. Biasanya disematkan diantara pertemanan perempuan.

12. GemoyPlesetan dari kata gemas. Biasanya dikatakan saat melihat sesuatu yang lucu atau menggemaskan.

13. POVPOV singkatan istilah dalam bahasa Inggris yakni Point of View.

14. NgabNgab adalah sapaan yang populer di media sosial. Artinya adalah Bang. Sama seperti sapaan bro yang berarti brother.

15. HyungPanggilan untuk kakak laki-laki dalam bahasa Korea.

16. JametJamet awalnya adalah singkatan dari jajal metal biasanya digunakan untuk orang-orang yang dianggap berpenampilan seperti personil band metal. Baik pakaian, aksesori, maupun riasan yang digunakan sama sekali tidak memberikan kesan keren. Jamet diartikan sebagai norak. Jika dulu dikenal sebagai 'alay', kini menjadi jamet.

17. SBLSBL merupakan singkatan dari Sebel Banget Loh.

18. NBLNBL merupakan singkatan dari Ngakak Banget Loh.

19. LBHLBH merupakan singkatan dari Love Banget Loch. Ditujukan sebagai ungkapan perasaan saat seseorang menyukai sesuatu.

20. NgokeyIni merupakan slang dari kata okay alias oke.

21. PAPPAP merupakan singkatan dari post a picture biasa digunakan ketika meminta sebuah foto.

22. GAGA adalah singkatan dari Give Away karena saat ini banyak akun yang melakukan give away untuk berinteraksi dengan para followersnya.

23. MootsMoots adalah kata lain dari 'mutual' dan berarti dua akun yang saling mengikuti satu sama lain. Istilah ini populer di Twitter.

24. SambatBahasa gaul dari bahasa Jawa yang berarti mengeluh.

25. RLRL merupakan singkatan dari kata 'Real Life' yang berarti kehidupan nyata.

26. TweetTweet adalah pesan yang diunggah di media sosial Twitter.

27. ThreadThread merupakan tweet berseri atau bersambung yang membahas topik tertentu. Biasanya digunakan untuk membahas sesuatu yang tidak bisa dijelaskan lewat satu tweet.

28. JBJB atau JBJB merupakan istilah yang memiliki arti join bareng. Biasa digunakan di Twitter saat ada sebuah obrolan atau thread lalu kamu ingin ikutan nimbrung atau membalasnya.

29. AlterIstilah alter merujuk pada kepribadian yang berbeda dengan yang biasa ditampilkan. Misalnya ada akun alter, maka itu merupakan akun yang membuat pemiliknya bisa menunjukkan kepribadian lain yang berbeda.

30. NderNder merupakan kependekan dari sender yang artinya pengirim atau pembuat tweet. Ketika ada orang lain berkomentar, ia akan memanggil pembuat tweet tersebut dengan panggilan nder

31. SJWSingkatan dari Social Justice Warrior atau pejuang keadilan sosial. Disematkan pada orang yang melakukan pembelaan atas sesuatu yang tidak adil. Namun kerap juga dijadikan julukan bagi orang yang selalu merasa benar secara berlebihan dan menganggap orang yang berlawanan dengan ideologinya selalu salah.

31. MenfessSingkatan dari mention confess yang merupakan pesan yang ingin disampaikan kepada seseorang tanpa mengungkapkan identitas pengirim

32. Spill The TeaSpill The Tea atau tumpahkan tehnya merupakan istilah yang dipakai untuk mengungkap sesuatu yang belum banyak diketahui oleh banyak orang.

33. BUBU merupakan singkatan dari butuh uang

34. BMBM merupakan singkatan dari banyak mau

Bagaimana, ada tambahan bahasa gaul lainnya yang kamu tahu?

Belakangan ini, dalam kehidupan sehari-hari, kerap terdengar istilah Generasi Milenial dan Generasi Kolonial. Meski tak terlalu paham artinya dan asal usulnya namun nyatanya istilah tersebut sudah diterima dan digunakan masyarakat pada umumnya. Memperhatikan pekembangannya dalam masyarakat, Istilah ini dilatar belakangi oleh perkembangan teknologi informasi yang kian pesat dan cepat berkembang.

Seperti kita ketahui, kebanyakan orang sedang demam gadget. Ada suatu kisah tentang seorang atasan yang sudah cukup senior yang merasa kecewa dan kesal, karena sering kali memergoki salah satu karyawannya selalu sibuk dengan gadget nya. Atasanpun menegur dan karyawannya menjelaskan bahwa aplikasi di gadget justru membantu pekerjaannya. Setelah mendengarkan penjelasan Karyawannya yang tenang dan percaya diri tentang aplikasi pada gadgetnya, Atasan tersebut menyadari bahwa selama ini dirinya telah tertinggal banyak mengenai perkembangan teknologi informasi yang telah berkembang dengan  begitu cepat. Dari sini juga kita bisa melihat ada generation gap atau celah generasi yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi. Sebagaimana oleh Badan Pusat Statistik (BPS) populasi Indonesia saat ini dikelompokan dalam 6 (enam) generasi yaitu  Post Generasi Z (Post Gen Z), Generasi Z (Gen Z), Milenial, Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre-Boomer.

Post Gen Z adalah generasi yang lahir pada 2013 dan seterusnya. Adapun Gen Z, merupakan generasi yang lahir pada 1997-2012. Mereka sekarang  berusia 8-23 tahun. Sedangkan  Milenial  yaitu generasi yang lahir pada 1981-1996 (saat ini berusia 24-39 tahun). Selanjutnya  Gen X  adalah generasi yang lahir pada 1965-1980 (sekarang berusia 40-55 tahun). Kemudian  Baby Boomer, yaitu generasi yang saat ini berusia 56-74 tahun (lahir 1946-1964). Lalu  terakhir adalah Pre-Boomer  merupakan generasi yang lahir sebelum 1945. Berarti  usia mereka saat ini   75 tahun ke atas.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, Atasan dalam kasus tadi adalah generasi Baby Boomer sedang si karyawan adalah generasi Milenial. Generasi Baby Boomers, atau umumnya manusia pada tahun ini tumbuh seusai peperangan, dimana karakteristik utamanya adalah memegang prinsip dan adat istiadat sehingga dikenal konservatif alias mempertahankan kebiasaan atau dengan kata lain “kolot” atau “kampungan”. Semua pekerjaan dan kompetensinya dikuasai melalui proses yang panjang dan dianggap sebagai suatu “sumber kekuatan” atau  “source of power” dan hal ini bukanlah sesuatu yang mudah untuk membuat generasi ini merubah kebiasaannya seperti halnya yang dilakukan oleh generasi di bawahnya. Sedangkan Generasi Milenial merupakan sebuah generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah dari konvensional menjadi modern. Generasi ini cukup beruntung karena masih cukup kental merasakan budaya dan di saat bertumbuh dewasa mereka mulai menggunakan teknologi. Generasi ini  merupakan generasi yang mempunyai  intelegensi digital yang tinggi dan senang berkolaborasi melalui media sosial dan internet. Tentu saja kesenjangan ini tidak boleh diacuhkan karena bagaimanapun masa depan adalah milik Generasi Milenial.

Pengelompokan populasi tidak menutup kesempatan untuk terus belajar. Generasi Baby Boomer atau seringkali disebut Generasi Kolonial dalam kehidupan sehari-hari harus mau dan mulai giat mencari tahu dan belajar tentang perkembangan teknologi informasi. Hal ini tentu saja akan sangat bermanfaat untuk kemudahan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dan memberikan manfaat untuk organisasi yang harus maju dan mengikuti perkembangan zaman.

Berbagi pengetahuan dan kolaborasi adalah kunci. Salah satunya dengan Knowledge Management. Knowledge Management atau Manajemen Pengetahuan yang mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an merupakan suatu rangkaian alat, strategi dan metode untuk mempertahankan, menganalisa, mengorganisir, membagikan dan juga meningkatkan informasi yang terdapat di dalam suatu perusahaan dan diharapkan dengan adanya teknologi Knowledge Management yang digunakan ini harus mampu mengatasi gap antar generasi seperti yang terjadi pada ilustrasi di atas. Pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak milik Generasi Kolonial merupakan sebuah modal dalam bekerja, ditambah dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi informasi atau digitalisasi segala pekerjaan yang dapat dieksekusi oleh Generasi Milenial dapat memudahkan segalanya. Intinya, bagaimanapun kita harus bisa mengatasi gap antar generasi tersebut dengan baik. Termasuk saling berdiskusi, mendukung dan mengajarkan untuk maju Bersama-sama. Tidak ada alasan untuk Baby Boomer atau Generasi Kolonial untuk tidak menyesuaikan diri, kecuali legowo untuk ditinggalkan.

Baby Boomer juga harus Milenial. Hal ini sangat penting untuk memastikan terjadinya perubahan estafet dari generasi ke generasi  secara mulus dan positif terhadap perkembangan di organisasi kita.

Penulis: Rahmad Basuki, KPKNL Pontianak

Slogan atau Solusi Nyata

Bagi sebagian orang, Dekelana hanya sebatas slogan tanpa implementasi konkret. Mereka mempertanyakan bagaimana program ini dapat diwujudkan di tengah berbagai keterbatasan yang ada. Kekhawatiran ini diperkuat dengan belum maksimalnya sosialisasi dan edukasi terkait program Dekelana kepada masyarakat.

Di sisi lain, banyak pihak yang optimis, bahwa Dekelana dapat menjadi solusi nyata bagi anak. Mereka melihat program ini sebagai sebuah langkah penting untuk membangun lingkungan yang ramah anak. Dekelana, diharapkan tercipta sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan hak-hak anak.

Sekolah Ramah Anak Jangan Hanya Slogan

Editor: Noor Arief Prasetyo|

DI Jawa Timur, Surabaya menempati posisi paling banyak dalam kasus kekerasan terhadap anak sepanjang 2021. Kasus pertama di tahun ini pun mulai mencuat dari SMPN 49 Surabaya. Siswa berinisial R dikeplak guru mata pelajaran olahraga. Itu menjadi viral.

Kejadian tersebut berlangsung di ruang kelas 8G pada Selasa (25/1). Kini kondisi R masih dalam masa pemulihan. Anak kembar tersebut mengalami trauma. ”Sejak kejadian itu, sampai sekarang anak saya tidak enak makan,” kata Ali Muhjayin, ayah R.

R masih dalam pendampingan pemulihan psikis. Baik dari kepolisian maupun Dinas Pendidikan Surabaya. Ali cuma bisa berharap kasus tersebut dituntaskan dengan baik. Agar tak ada lagi kasus serupa menimpa anak-anak lain.

Sebab, ia beranggapan bahwa kejadian yang menimpa anaknya itu ibarat puncak gunung es. Artinya, masih sangat memungkinkan banyak kejadian serupa yang dialami anak-anak sekolah. Namun, belum terekspos publik.

Karena itu, Ali sudah memaafkan tindakan oknum guru olahraga tersebut. Bahkan, sang guru sampai mendatangi langsung ke rumahnya pada Rabu (26/1). Sayang, Ali tak bisa ketemu karena sedang bekerja. Keliling berjualan sayur.

Namun, Ali tetap membawa kasus tersebut ke ranah hukum. Ia juga mendapat dukungan dari para wali murid lainnya. Saat ini kasus masih dalam proses penanganan Polrestabes Surabaya.

Pelaporan itu dimaksudkan sebagai bentuk ultimatum. Terutama bagi guru-guru yang suka ringan tangan kepada para siswa. ”Biar ada sanksinya. Otomatis guru-guru yang temperamen akan berpikir ulang kalau hendak berbuat kekerasan lagi,” ucapnya.

Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim M. Isa Ansori menganggap hal yang sama. Kejadian yang menimpa R itu hanya contoh kecil. Artinya, mungkin masih banyak kasus serupa di sekolah lain yang belum mencuat ke publik.

Kasus kekerasan terhadap anak di sekolah memang tinggi. Itu menunjukkan bahwa sekolah tidak bisa menjamin keamanan para siswa. Baik fisik maupun psikis. Tidak banyak sekolah yang mampu melayani anak-anak tanpa kekerasan.

”Itulah persoalan sekolah kita,” tegasnya.

Banyak guru yang tidak tahu cara menghadapi keragaman siswa. Akhirnya cenderung mengedepankan emosi. Itu juga bukti bahwa program sekolah ramah anak hanya slogan. Sebab, implementasinya justru berbanding terbalik.

”Harusnya program itu bisa merumuskan pencegahan terjadinya kekerasan terhadap anak,” terangnya. Misalnya, dengan mengadakan pendampingan khusus yang mengacu pada PP No 57 Tahun 2021. Seperti halnya yang dilakukan LPA Jatim terhadap 40 SMA/SMK/MA.

Sejauh ini, pendampingan tersebut tidak ada di tingkat SD-SMP. Padahal, pendampingan itu juga menyangkut SOP mengatasi masalah kekerasan. Pencegahan itu juga melibatkan semuanya. Mulai guru, wali murid, hingga siswa sendiri. (Mohamad Nur Khotib)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

9.3 Slogan Ramah Anak Dan Anti Perundungan

Di tengah dinamika perkembangan masyarakat, keberadaan anak menjadi perhatian utama dalam pembangunan, baik infrastruktur maupun sosial. Namun, masih terdapat tantangan besar terkait kebutuhan dan perlindungan bagi mereka, terutama di lingkungan desa atau kelurahan. Untuk mengatasi hal ini, konsep "Dekelana" (Desa/Kelurahan Layak Anak) menjadi sorotan penting. Apakah ini hanya sebatas slogan kosong ataukah solusi nyata bagi pemenuhan hak-hak anak?

Desa/Kelurahan layak Anak (Dekelana) dimaknai pembangunan desa/kelurahan yang menyatukan komitmen dan sumberdaya pemerintah desa/kelurahan yang melibatkan masyarakat dan dunia usaha yang berada di desa/kelurahan, dalam rangka mempromosikan, melindungi, memenuhi dan menghormati hak-hak anak, yang direncanakan secara sadar dan berkelanjutan.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara. Hak anak tersebut meliputi hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan budaya; serta perlindungan khusus.

Konsep Dekelana bukanlah semata slogan untuk dikumandangkan. Ini adalah landasan strategis yang mengintegrasikan kebutuhan, hak, dan perlindungan anak ke dalam perencanaan dan pembangunan di tingkat desa atau kelurahan. Keberadaan Dekelana bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang ramah dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.

Namun, program Dekelana ada yang melihatnya sebagai slogan semata, sementara yang lain menaruh harapan besar sebagai solusi nyata untuk anak.

Anda mungkin ingin melihat